Kamis, 28 November 2013

Browse Manual » Wiring » » » » » » » » 5 hal yang paling di takuti Remaja

5 hal yang paling di takuti Remaja

Para orang tua mungkin heran mengapa anak tak bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Biasanya, anak pada usia remaja merasa tak nyaman untuk membicarakan masalahnya dengan orang dewasa. Mereka merasa orang dewasa tak akan mengerti apa yang sedang mereka alami. Remaja juga takut kena marah, dikritik, atau bahkan dihukum gara-gara masalah yang tengah dialaminya. Vanessa Van Petten, penulis buku parenting Youre Grounded! yang memiliki misi memperbaiki hubungan orangtua-anak ini membagi pengalamannya. Setiap kali Vanessa mewawancarai pelamar magang usia remaja, dia meminta mereka menjawab dua pertanyaan: Apa yang paling membuatmu khawatir? Bagian apa yang paling sulit dalam hidupmu?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrIo4fuqpKmYOkyJ7eFuQ6JpIAwgbYuFU9T8xipmRFGzh5eg5og3UYYRCHWas9NI-AXF-i8lhILemGdlkGwuodMnmu8olKLHWKlvTuYtEpf_j_D10wxvLAKG279sOkohHj7xE3sU0Ey1U/s400/remaja.jpg
Berikut adalah lima jawaban yang diperoleh Vanessa yang berguna bagi Anda, para orangtua, untuk memastikan anak remaja terhindar dan terlepas dari stres.
1. Interaksi Sosial

Para remaja seringkali butuh mengobrol dengan teman-temannya. Hal ini terkadang membuat mereka terobsesi pada hubungannya dengan teman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Interaksi sosial, jalinan persahabatan dan pertemanan sangatlah penting bagi remaja. Mereka mencemaskan apakah mereka cukup populer, apa mereka cukup menarik dan menyenangkan, dan apa mereka menyinggung temannya.

Tip: Pastikan anak Anda memiliki teman dekat yang benar-benar dapat memberi dukungan dan interaksi, bukan hanya 1000 teman di Facebook yang tak ada wujud nyatanya. Beritahu dia perbedaan antara teman sekolah, teman di dunia maya, dan sahabat. Tambahkan bahwa ia sebaiknya memupuk pertemanan yang baik.
2. Sekolah

Walaupun para remaja stres tentang pekerjaan rumah, ujian, dan guru-guru di sekolah, bagian yang paling membuat stres adalah melakukan hal terbaik yang bisa ia lakukan, mengambil pelajaran yang tepat, dan mengembangkan kemampuan atau 
bakatnya.

Tip: Ajak anak untuk memperhatikan nilai akademisnya bersama-sama dengan Anda. Ia akan menjadi murid seperti apa? Berapa nilai minimal yang harus dicapainya untuk mewujudkan masa depan yang dia inginkan? Bantulah dia membuat tujuan dan batasan yang jelas, serta bimbinglah mengarahkan langkah yang harus ditempuhnya.
3. Masa Depan
Para remaja biasanya cukup bimbang dengan masa depannya. Mereka tak memahami akan jadi seperti apa masa depan mereka dan bahkan beberapa remaja tidak yakin bagaimana untuk mempersiapkannya.

Tip: Bimbingan sangatlah diperlukan saat usia labil. Tekanan yang dirasakan para remaja mungkin akan berkurang jika ia memiliki seseorang yang sukses sehingga dapat memotivasinya di bidang yang ia minati. Bila anak Anda belum bisa menentukan pilihan, carilah orang yang dapat menuntunnya, seperti bibi, paman, saudara sepupu, dan tentunya Anda sebagai orangtua.
4. Keuangan

Kriris ekonomi yang melanda telah membangkitkan kesadaran remaja terhadap kondisi keuangan keluarga mereka, yang tentunya berkenaan dengan masa depannya. Banyak remaja yang berusaha mencari pekerjaan sambilan untuk dapat menghidupi diri mereka sendiri. Selain itu, dengan berkembangnya film-film materialistis (seperti Gossip Girl), remaja putri takut tak bisa mengimbangi pola hidup seperti teman-temannya.

Tip: Mulailah ajari anak Anda bagaimana mengelola uang dengan baik. Hal ini akan mengurangi beban pikirannya. Lalu, untuk pembelanjaan, pastikan ia tak akan lepas kontrol. Jika memberi kartu kredit, pilih yang berlimit, sehingga tak akan terjadi overspending.
5. Percintaan

Banyak cara yang dilakukan remaja untuk mengekspresikan kegelisahan cinta yang dialaminya. Beberapa penasaran bagaimana rasanya dan apakah mereka akan merasakannya. Sebagian remaja akan mempertanyakan cinta orangtua mereka ketika mereka dihukum. Sedangkan yang lain akan menuntut lebih banyak cinta.

Tip: Orangtua selalu berpikir bahwa anak mereka tahu seberapa besar mereka mencintainya. Namun, tidak selamanya hal tersebut benar. Orangtua bukan hanya harus mengatakan ia menyayangi anaknya, tetapi juga harus menjelaskan apakah arti cinta atau sayang tersebut. Beritahu juga bahwa menyayangi pacar tidak selalu melibatkan kontak fisik. Pengetahuan tersebut akan membantu mereka merasa aman dan merasa diperhatikan.

sumber : http://1.bp.blogspot.com/-5vDXojxEA-E/TfrybU4f01I/AAAAAAAAFjw/nJXIkNhSjyM/s400/kaskus-haxims.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar